Jakarta – Generasi muda memegang peranan penting sebagai pewaris masa depan bangsa dengan potensi luar biasa dalam mendorong kemajuan. Namun, meskipun penuh semangat dan kreativitas, mereka juga terkadang dihambat oleh masalah emosional yang sulit dikendalikan, menjadi salah satu tantangan utama dalam pertumbuhan mereka.
Emosi yang tidak terkendali dapat menyebabkan anak muda mudah marah, tersinggung, atau bahkan melakukan tindakan kekerasan. Banyak kasus kekerasan yang melibatkan anak muda sebagai pelaku maupun korban. Misalnya, kasus pembunuhan orang tua oleh anaknya sendiri di Depok, tawuran antar remaja di Deli Serdang, pemukulan hingga koma oleh anak pejabat di Maluku, dan lain-lain.
Apa yang menyebabkan anak muda mudah emosi? Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Artikel ini akan membahas beberapa faktor penyebab dan solusi untuk mengelola emosi anak muda.
Faktor Penyebab Emosi Anak Muda
Menurut ilmu psikologi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi emosi anak muda, antara lain:
- Tekanan sosial. Anak muda sering mengalami tekanan dari lingkungan sekitarnya, seperti keluarga, teman, sekolah, atau masyarakat. Tekanan ini dapat berupa harapan, kritik, ejekan, atau konflik. Tekanan sosial ini dapat menimbulkan stres, yang dapat memicu kemarahan atau kekesalan.
- Perubahan hormon. Anak muda, terutama yang sedang mengalami masa pubertas, mengalami perubahan hormon yang dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi. Hormon seperti testosteron, estrogen, progesteron, dan kortisol dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat agresivitas, depresi, atau kecemasan.
- Kurangnya kematangan emosi. Anak muda belum memiliki kematangan emosi yang cukup untuk menghadapi berbagai situasi yang menantang. Mereka belum mampu mengontrol atau mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka cenderung bereaksi secara impulsif, tanpa mempertimbangkan akibatnya.
- Pengaruh media. Media, terutama media sosial, dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi anak muda. Di satu sisi, media dapat menjadi sarana informasi, komunikasi, dan edukasi. Di sisi lain, media juga dapat menjadi sumber provokasi, fitnah, atau bullying. Media juga dapat mempengaruhi persepsi dan nilai anak muda tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia.
Apa Dampaknya Emosi atau Marah?
Menurut Seneca, seorang filosof, orang yang sedang marah sedang mengalami kegilaan sesaat (temporary madness). Hal ini bisa kita pahami ketika kita menyaksikan orang marah dan bertengkar hanya karena hal-hal yang remeh-temeh. Karena itu, kita yang sedang dilanda amarah, harus segera menghentikannya, dan mulai sadar dari “kegilaan sesaat” itu. Jika tidak, marah yang tak terkendali, hanya akan menjerumuskan kita ke dalam penyesalan.
Di sisi lain, Marcus Aurelius, pendiri mazhab Stoikisme, menyarankan bahwa kemarahan dan kesedihan jauh lebih merugikan daripada perlakuan itu sendiri. Artinya, marah itu adalah akar dari segala masalah. Apalagi marah itu berasal dari persepsi kita sendiri atas sebuah peristiwa. Sayangnya, persepsi itu tidak didasari oleh analisis yang mendalam. Padahal persepsi bisa salah. Misalnya, seorang asing melewati kita, tetapi tidak mengucapkan “permisi”, sehingga hati kita tersinggung, dan timbul persepsi: “Dia tidak menghormati saya”. Persepsi inilah yang terus menguasai, sehingga membuat seorang berani memukul dan melakukan kekerasan fisik lainnya, hanya karena masalah persepsi.
Tidak heran Imam Al Ghazali mengatakan bahwa kemarahan dan api neraka, dua kutub yang berdekatan. Kemarahan pada akhirnya akan membawa seorang ke api neraka. Ia berkata;
ما غضب أحد إلا أشفى على جهنم
Artinya “Tidaklah seseorang marah kecuali ia semakin dekat ke neraka Jahannam.”
Di sisi lain, tepat juga Rasulullah mewasiatkan bahwa menahan diri dari amarah itu sangat penting, bahkan nasihat itu berulang kali diucapkan Nabi ketika seorang pria meminta petuah. Nabi selalu konsisten “Jangan marah. Jangan marah”.
.أنَّ رَجُلًا قالَ للنَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: أوْصِنِي، قالَ: لا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا، قالَ: لا تَغْضَبْ
Artinya; “Seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, ‘Berilah aku wasiat?’ beliau bersabda, ‘Janganlah kamu marah.’ Laki-laki itu mengulangi kata-katanya, beliau tetap bersabda, ‘Janganlah kamu marah.’ (HR. Bukhari).
Habib Umar bin Hafidz, sebagaimana dinukil Habib Husein Ja’far Al Hadar dalam buku Seni Merayu Tuhan, menerangkan kemarahan dan kebencian yang seharusnya hanya karena Allah. Jika tidak karena Allah, maka justru akan menarik orang-orang tersebut keluar dari jalan Allah. Dalam Al-Qur’an Q.S al Maidah [5] ayat 8, Allah berfirman;
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ
Artinya; “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah.”
Syekh Alauddin Al Khozin berkomentar, ayat ini menegaskan bahwa dilarang membenci secara berlebihan, terlebih bila menimbulkan ketidakadilan. Padahal dalam Islam, kita dianjurkan untuk berlaku adil pada siapapun, termasuk pada orang yang kita benci dan musuh. Dalam kitab Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil, Jilid II, halaman 20, dijelaskan;
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ ولا يحملنكم بغض قوم عَلى أَلَّا تَعْدِلُوا على ترك العدل فيهم لعدوانهم اعْدِلُوا أمر الله بالعدل في كل أحد القريب والبعيد والصديق والعدو
Artinya: “[Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu] artinya ‘Dan jangan biarkan kebencian terhadap suatu kaum menghalangi kalian untuk berlaku adil. Tetaplah adil, bahkan jika itu berarti meninggalkan sikap adil terhadap mereka karena perbuatan zalim mereka. Jalankanlah perintah Allah dengan keadilan dalam setiap kondisi, baik kepada yang dekat maupun yang jauh, kepada teman maupun lawan.'”
Marah itu seperti api yang membakar hati dan pikiran kita. Marah itu bisa membuat kita kehilangan akal sehat dan keseimbangan. Marah itu bisa merusak hubungan kita dengan sesama manusia dan dengan Allah. Marah itu bisa menghancurkan kebahagiaan dan kedamaian kita. Marah itu bisa menimbulkan dosa dan siksa. Marah itu bisa menghalangi kita dari surga dan mendekatkan kita ke neraka.
Karena itu, kita harus berusaha untuk mengendalikan marah kita. Kita harus belajar untuk bersabar dan bersikap lembut. Kita harus mengingat Allah dan berdoa agar diberi ketenangan dan kekuatan. Kita harus mengambil pelajaran dari teladan Nabi Muhammad SAW, yang selalu bersabar dan berlaku adil. Kita harus mengikuti nasihat para ulama dan para salaf, yang selalu menasehati kita untuk menjauhi kemarahan dan kebencian. Kita harus menyadari bahwa marah itu bukanlah sifat yang terpuji, melainkan sifat yang tercela. Kita harus menyadari bahwa marah itu bukanlah solusi, melainkan masalah. Kita harus menyadari bahwa marah itu bukanlah kekuatan, melainkan kelemahan. Kita harus menyadari bahwa marah itu bukanlah kebaikan, melainkan keburukan.
Cara Mengatasi Emosi Anak Muda
Emosi yang tidak terkendali dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental anak muda, serta hubungan mereka dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi anak muda untuk belajar mengatasi emosi mereka dengan cara yang sehat dan produktif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Menyadari dan mengenali emosi. Langkah pertama untuk mengatasi emosi adalah menyadari dan mengenali emosi yang sedang dirasakan. Anak muda dapat mencoba untuk menamakan emosi mereka, misalnya marah, sedih, takut, atau bahagia. Dengan begitu, mereka dapat lebih mudah mengerti apa yang menyebabkan emosi tersebut dan bagaimana cara mengatasinya.
- Menenangkan diri. Ketika emosi sedang memuncak, anak muda dapat mencoba untuk menenangkan diri dengan cara yang sesuai bagi mereka. Misalnya, dengan mengambil napas dalam-dalam, menghitung mundur, mendengarkan musik, berdoa, atau bermeditasi. Hal ini dapat membantu menurunkan detak jantung, tekanan darah, dan hormon stres.
- Mengekspresikan emosi. Setelah menenangkan diri, anak muda dapat mencari cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi mereka. Mengekspresikan emosi dapat membantu melepaskan ketegangan dan mengurangi rasa sakit. Anak muda dapat mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang positif, misalnya dengan menulis, menggambar, berolahraga, atau berbicara dengan orang yang dipercaya.
- Mencari solusi. Emosi yang dirasakan oleh anak muda biasanya memiliki penyebab atau masalah yang mendasarinya. Oleh karena itu, setelah mengekspresikan emosi, anak muda dapat mencoba untuk mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Anak muda dapat berpikir secara rasional dan kreatif, serta mempertimbangkan berbagai pilihan dan konsekuensinya. Jika perlu, anak muda dapat meminta bantuan atau saran dari orang yang lebih berpengalaman atau ahli.
- Mengembangkan sikap positif. Sikap positif dapat membantu anak muda untuk menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih baik. Sikap positif dapat meliputi rasa syukur, optimisme, kepercayaan diri, maupun empati. Anak muda dapat mengembangkan sikap positif dengan cara mengapresiasi hal-hal baik yang ada dalam diri dan lingkungan, menghindari pikiran negatif, serta bersikap ramah dan peduli terhadap orang lain.
Kesimpulan
Anak muda adalah generasi yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan. Namun, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang dapat mempengaruhi emosi mereka. Emosi yang tidak terkendali dapat menyebabkan anak muda mudah marah, tersinggung, atau bahkan melakukan tindakan kekerasan.
Untuk mengatasi masalah ini, anak muda perlu belajar mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat dan produktif. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menyadari dan mengenali emosi, menenangkan diri, mengekspresikan emosi, mencari solusi, dan mengembangkan sikap positif.
Dengan mengatasi emosi mereka, anak muda dapat menjadi lebih bahagia, sehat, dan produktif. Mereka juga dapat menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain, serta memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan bangsa.
Semoga Allah SWT melindungi kita dari marah yang tidak bermanfaat, dan memberi kita marah yang bermanfaat. Marah yang bermanfaat adalah marah yang karena Allah, marah yang sesuai dengan syariat, marah yang proporsional, marah yang tidak berlebihan, marah yang tidak menimbulkan kezaliman, marah yang tidak merusak akhlak, marah yang tidak mengganggu ibadah, marah yang tidak menghilangkan cinta, marah yang tidak menghambat dakwah, marah yang tidak menghalangi ma’rifat, marah yang tidak mengurangi rahmat, marah yang tidak memadamkan nur, marah yang tidak menghilangkan hikmah, marah yang tidak menghapus barokah, marah yang tidak mengundang murka, marah yang tidak menjerumuskan ke neraka, marah yang mendekatkan ke surga. Aamiin.
Ikuti saluran Masjid Al Mubarokah di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaFmZ6F8F2p9lKqnx90s
Baca artikel kami lainnya di: Google News
Diskusi tentang post ini